Kepsek Didemo Siswa: Dedi Mulyadi Ambil Tindakan Tegas di SMAN 9 Tambun
Suasana SMAN 9 Tambun Selatan berubah panas pekan ini ketika ratusan siswa turun ke lapangan, menyuarakan keresahan mereka terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Aksi protes yang digelar di halaman sekolah tersebut menjadi viral di media sosial, dan tak butuh waktu lama bagi Dedi Mulyadi — Penjabat (Pj) Bupati Bekasi — untuk turun tangan.
Hasilnya? Kepala sekolah dinonaktifkan, dan proses evaluasi segera digelar.
Aksi Siswa yang Menggugah Perhatian Publik
Aksi demonstrasi yang dilakukan para siswa bukan sekadar pelampiasan emosi. Mereka membawa spanduk, menyampaikan orasi, dan menyatakan tuntutan dengan tertib. Isu yang mereka angkat beragam, mulai dari dugaan kepemimpinan yang otoriter, pembatasan aktivitas siswa, hingga kebijakan sekolah yang dianggap merugikan.
“Kami hanya ingin suasana belajar yang nyaman dan kepemimpinan yang mendengarkan,” ujar salah satu perwakilan siswa dalam orasinya.
Tidak sedikit guru dan orang tua murid yang ikut menyoroti kasus ini, membuktikan bahwa keresahan tersebut bukan sesuatu yang dibuat-buat atau spontan semata.
Respons Cepat dari Dedi Mulyadi
Menanggapi situasi yang kian berkembang, Dedi Mulyadi mengambil langkah cepat dan tegas. Ia memutuskan untuk menonaktifkan kepala sekolah SMAN 9 Tambun Selatan untuk sementara waktu demi menjaga kondusivitas dan mencegah konflik lebih lanjut.
Dalam keterangannya, Dedi menyebut bahwa keputusan ini diambil atas dasar menjaga iklim pendidikan yang sehat. “Kami tidak ingin suasana belajar terganggu oleh ketegangan internal. Pendidikan harus jadi tempat tumbuh, bukan tempat tertekan,” ujarnya.
Selain itu, Dedi juga memastikan akan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen sekolah, termasuk pengumpulan keterangan dari siswa, guru, dan pihak terkait lainnya.
Momen Pendidikan Demokratis
Kasus ini menjadi sorotan nasional, bukan karena sensasi, tetapi karena menjadi contoh langka bagaimana suara siswa bisa berdampak nyata. Di tengah sistem pendidikan yang kerap hierarkis, keberanian siswa menyuarakan aspirasi mereka patut diapresiasi — selama dilakukan dengan cara yang santun dan bertanggung jawab.
Banyak pihak memuji langkah Dedi Mulyadi yang tidak hanya merespons dengan cepat, tetapi juga mengedepankan dialog dan penyelidikan lebih lanjut, alih-alih membungkam suara siswa.
Harapan ke Depan
Setelah keputusan nonaktif ini, publik menanti bagaimana penyelesaian jangka panjangnya. Apakah akan ada perombakan manajemen? Apakah suara siswa akan dijadikan dasar perubahan kebijakan sekolah ke depan?
Yang jelas, kasus SMAN 9 Tambun Selatan menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga soal relasi dan kepemimpinan yang sehat. Ketika siswa berani bersuara dan pemerintah bersedia mendengar, di sanalah pendidikan menemukan maknanya yang sesungguhnya.
Aksi siswa SMAN 9 Tambun Selatan dan respons Dedi Mulyadi adalah cermin dari dinamika demokrasi di dunia pendidikan. Di saat banyak sekolah memilih bungkam terhadap kritik internal, keberanian untuk bertindak dan mendengar menjadi kunci perubahan. Kini, harapan baru muncul bahwa sekolah bisa kembali menjadi ruang belajar yang aman, terbuka, dan manusiawi bagi seluruh penghuninya.