Bentrok di Uncen Jayapura: 4 Polisi Terluka Saat Amankan Aksi Tolak Kenaikan UKT
Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura yang menolak kebijakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) berakhir ricuh pada Rabu siang (21/5). Bentrokan antara mahasiswa dan aparat kepolisian tak terhindarkan, menyebabkan empat anggota polisi mengalami luka-luka saat mencoba mengendalikan situasi yang memanas.
Kericuhan terjadi di halaman depan kampus Abepura, ketika mahasiswa memaksa masuk ke gedung rektorat untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka kepada pimpinan universitas. Pihak keamanan kampus yang tidak mampu meredam massa kemudian meminta bantuan kepolisian. Namun, situasi berubah tegang setelah massa menolak dibubarkan dan saling dorong pun terjadi.
Dari Aksi Damai ke Ketegangan Massa
Aksi yang semula berlangsung damai sejak pagi hari itu diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka membawa poster bertuliskan tuntutan agar UKT tidak dinaikkan, serta menuntut transparansi alokasi dana kampus. Orasi-orasi dilakukan secara bergantian, dengan tuntutan utama pembatalan kenaikan UKT yang dianggap memberatkan mahasiswa Papua.
Namun, suasana mulai memanas saat beberapa mahasiswa mencoba mendobrak pagar pembatas rektorat. Aparat yang berjaga langsung membentuk barikade, namun dorongan dan lemparan botol mineral dari arah massa membuat suasana tak terkendali.
Polisi Terluka dan Mahasiswa Diamankan
Polda Papua mengonfirmasi bahwa empat polisi mengalami luka ringan hingga sedang, akibat terkena lemparan benda tumpul. Salah satu di antaranya sempat mendapat perawatan intensif di RS Bhayangkara Jayapura akibat luka di bagian kepala.
“Kami mengedepankan pendekatan humanis dalam pengamanan. Tapi ketika situasi tak terkendali dan aparat menjadi sasaran kekerasan, kami harus bertindak demi menjaga ketertiban,” ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny.
Pihak kepolisian juga menyatakan bahwa enam mahasiswa diamankan untuk dimintai keterangan terkait provokasi dan pelemparan terhadap petugas. Namun, hingga kini tidak ada penetapan tersangka.
Pihak Kampus dan Reaksi Mahasiswa
Pihak Uncen melalui juru bicaranya menyayangkan terjadinya bentrok. Mereka menyatakan terbuka untuk dialog dan akan meninjau kembali kebijakan kenaikan UKT jika memang dinilai tidak adil.
“Kami tidak pernah menutup ruang dialog. Tapi aksi anarkis bukanlah cara yang tepat untuk menyampaikan aspirasi,” ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan.
Sementara itu, Aliansi Mahasiswa Uncen menyatakan bahwa tindakan represif aparat hanya akan memperpanjang ketegangan. Mereka meminta seluruh pihak untuk menahan diri dan menuntut dibukanya ruang negosiasi terbuka dengan melibatkan mahasiswa sebagai pemangku kepentingan utama.
Sorotan Nasional dan Tuntutan Evaluasi UKT
Insiden di Uncen menjadi sorotan nasional karena terjadi di tengah gelombang protes mahasiswa di berbagai kampus terhadap kebijakan UKT 2025 yang dinilai naik secara tidak wajar. Sejumlah kalangan mendesak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk segera melakukan evaluasi dan memberikan batasan atas kewenangan kampus dalam menentukan besaran UKT.
Pakar pendidikan dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Sulistyo, menilai bahwa kenaikan UKT tanpa evaluasi menyeluruh akan menciptakan jurang akses pendidikan yang semakin dalam, terutama bagi mahasiswa dari wilayah tertinggal seperti Papua.
Bentrok di Uncen Jayapura menjadi pengingat bahwa kebijakan pendidikan harus dibangun dengan prinsip keadilan, partisipasi, dan dialog. Ketika suara mahasiswa diabaikan dan komunikasi macet, potensi konflik pun tak bisa dihindari. Kini, semua pihak — baik kampus, aparat, maupun pemerintah pusat — diharapkan duduk bersama untuk mencari solusi yang berpihak pada masa depan generasi muda Indonesia.